MAKALAH
TEHNIK PEMECAHAN PROBLEM
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Pengelolaan kelas”
Dosen pengampu:
Saiful, Ali. M.PdI
Disusun oleh:
M. fikri
M.Misbahul Munir
Rita Maulidiyah
Khusnul Khodijah
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEMESTER V/A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PANCAWAHANA BANGIL
2014-2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
Wr.Wb
Puja dan puji syukur akan selalu tetap tercurahkan limpahan kepada
Allah SWT. Yang telah memberikan limpahan kenikmatan yang tidak akan pernah
terhitung banyaknya, serta limpahan rahmatnya, taufik dan hidayahnya yang mana
telah memberikan kelancaran, sehingga kami dapat merampungkan makalah dengan
judul “Tehnik pemacahan problem” untuk mata kuliah Study pengelolaan
kelas
Shalawat serta salam akan tetap tercurahkan limpahan kepada
junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah membawa syariat islam kepada
kita semua dari alam kegelapan menuju alam terang benderang seperti saat
ini.sehingga tak lagi terjerumus kelembah kelemahan dunia dan beliau memberikan
secercah cahaya untuk menerang serta mengusir kegelapan di dunia ini.
Serta ucapan terima kasih kami untuk dosen pembimbing mata kuliah
ini, yang terhormat Bapak Saiful Ali,
M.PdI yang senantiasa memberikan semangat serta bimbingan kepada kami
sangat membantu proses pelaksanaan pembuatan tugas ini sampai akhirnya selesai.
Semoga apa yang kami tulis dalam makalah ini akan sangat bisa
memberikan manfa’at kepada kami serta kepada para pembaca Dan kami pun sangat
menyadari, bahwa apa yang kami tulis dalam makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan serta kekuranganya. Oleh
karena itu kami berharap dengan sangat, kritik dan saran pembaca untuk
menyempurnakan tulisan ini.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Penulis
Bangil, 27 November 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
Tujuan penulisan........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 2
Sebutkan
problem - problem dalam pengelolaan kelas ................................ 3
Bagaimana upaya pemecahan masalah dalam kelas .................................... 4
Bagaimana
cara mengubah tingkah laku siswa yang menyimpang ............. 6
Sebutkan
keuntungan dan kerugian dalam mengelola
kelas......................9
BAB III
PENUTUP...................................................................................
KESIMPULAN ............................................................................................... 10
SARAN......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Dalam menangani tugasnya, guru-guru sering menghadapi
permasalahan dengan kegiatan-kegiatan didalam kelasnya.Baik itu yang menyangkut
pengajaran atau pun yang menyangkut pengelolaan kelas. Oleh karena itu, guru-guru harus
mampu membedakan permasalahan itu dan menemukan pemecahannya secara tepat
sehingga dapat tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran
berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari
kegagalan itu seperti prestasi belajar murid rendah, tidak sesuai dengan
standar atau batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas
merupakan kompetensi guru yang sangat penting. Usman
dalam salah satu bukunya mengemukakan bahwa suatu kondisi belajar yang optimal
dapat tercapai jika guru mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran.
1.2 Rumusan Masalah
a. Sebutkan
masalah masalah
dalam pengelolaan kelas?
b. Bagaimana upaya pemecahan masalah
yang ada dalam pengelolaan kelas?
c. Bagaimana mengubah tingkah laku siswa dalam
mengelola kelas yang efektif?
d . Sebutkan keuntungan dan kerugian dalam mengubah
prilaku siswa yang menyimpang dari tata tertib sekolah?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Manajemen Pengelolaan Kelas.
b. Untuk mengetahui masalah-masalah
yang ada dalam pengelolaan kelas.
c. Untuk mengetahui upaya pemecahan
masalah yang ada dalam pengelolaan kelas.
d. Agar lebih mengerti bagaimana menjadi guru yang profesional dalam mengelola
kelas
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kegiatan Mengajar dan Mengelola
Kelas
Kegiatan
guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola
kelas.Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana
(kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan
efisien.
Dalam
kenyataan sehari-hari kedua jenis kegiatan itu menyatu dalam kegiatan atau
tingkah laku guru sehingga sukar dibedakan.Namun demikian, pembedaan seperti
itu amat perlu, terutama apabila kita ingin menanggulangi secara tepat
permasalahan yang berkaitan dengan kelas.
2.2
Masalah Pengajaran dan Masalah Pengelolaan Kelas
Ada
dua masalah yang ada di kelas, yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan
kelas.Masalah pengajaran harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat
pengajaran dan masalah pengelolaan harus ditangani dengan pemecahan yang bersifat
pengelolaan.
Solusi
untuk dapat menangani masalah-masalah pengelolaan kelas secara efektif guru
harus mampu:
1. Mengenali secara tepat berbagai
jenis masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun kelompok;
2. Memahami pendekatan mana yang cocok
dan tidak cocok untuk jenis masalah tertentu.
3. Memilih dan menetapkan pendekatan
yang paling tepat untuk memecahkan masalah yang dimaksud.
Ada
dua jenis masalah pengelolaan kelas, yaitu yang bersifat perorangan dan yang
bersifat kelompok.
o
Masalah Perorangan
Penggolongan
masalah perorangan ini didasarkan atas anggapan dasar bahwa tingkah laku
manusia itu mengarah pada pencapaian suatu tujuan.Setiap individu memiliki
kebutuhan dasar untuk memiliki dan untuk merasa dirinya berguna. Jika seorang
individu gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa dirinya berharga maka dia
akan bertingkah laku menyimpang. Ada empat jenis penyimpangan tingkah laku,
yaitu tingkah laku menarik perhatian orang lain, mencari kekuasaan, menuntut balas
dan memperlihatkan ketidakmampuan.Keempat tingkah laku ini diurutkan makin lama
makin berat. Misalnya, seorang anak yang gagal menarik perhatian orang lain
boleh jadi menjadi anak yang mengejar kekuasaan. Masalah perorangan ini mengacu
pada masalah psikologis anak/jiwa anak.
Ada
empat teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan
seperti diuraikan diatas pada diri para siswa.
1. Jika guru merasa terganggu (atau
bosan) dengan tingkah laku seorang siswa, hal itu merupakan tanda bahwa siswa
yang bersangkutan mungkin mengalami masalah mencari perhatian.
2. Jika guru merasa terancam (atau
merasa dikalahkan), hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan
mungkin mengalami masalah mencari kekuasaan.
3. Jika guru merasa amat disakiti, hal
itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin mengalami masalah
menuntut balas.
4. Jika guru merasa tidak mampu
menolong lagi, hal itu merupakan tanda bahwa siswa yang bersangkutan mungkin
mengalami masalah ketidakmampuan. Ditekankan, guru hendaknya benar-benar mampu
mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa-siswa yang dimaksud
(apakah tingkah laku siswa itu mengarah ke mencari perhatian, mencari
kekuasaan, menuntut balas, atau memperlihatkan ketidakcampuran) agar guru itu
mampu menangani masalah siswa secara tepat pula.
o
Masalah Kelompok
Ada tujuh masalah kelompok yang
dikenal dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas, yaitu :
- Kekurang-kompakan
- Kekurangmampuan mengikuti peraturan kelompok
- Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok
- Penerimaan kelas (kelompok) atau tingkah laku yang menyimpang
- Kegiatan anggota atau kelompok yang menyimpang dari ketentuan yang telah ditetapkan, berhenti melakukan kegiatan atau hanya meniru-niru kegiatan orang (anggota) lainnya saja
- Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, dan tingkah laku agresif atau protes
- Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
Masalah
kelompok yang paling rumit ialah apabila kelompok itu melakukan protes dan
tidak mau melakukan kegiatan, baik hal itu dinyatakan secara terbuka maupun
terselubung.Permintaan penjelasan yang terus menerus tentang sesuatu tugas,
kehilangan pensil, lupa mengerjakan tugas rumah atau tugas itu tertinggal di
rumah, tidak dapat mengerjakan tugas karena gangguan keadaan tertentu, dan
lain-lain merupakan contoh-contoh protes atau keengganan bekerja.Masalah
kelompok ini menyangkut unsur adaptasi social dan unsur adaptasi pribadi.
Dalam
menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas guru dapat menerapkan berbagai
pendekatan. Pendekatan pertama ialah dengan menerapkan sejumlah “larangan dan
anjuran” misalnya:
- Jangan menegur siswa di hadapan kawan-kawannya.
- Dalam memberikan peringatan kepada siswa janganlah mempergunakan nada suara yang tinggi.
- Bersikaplah tegas dan adil terhadap semua siswa
- Jangan pilih kasih
- Sebelum menghukum siswa, buktikanlah terlebih dahulu bahwa siswa itu bersalah
- Patuhlah pada aturan-aturan yang sudah anda tetapkan.
Pendekatan
“larangan dan anjuran” diatas tampaknya mudah, namun karena tidak didasarkan
pada teori atau prinsip-prinsip tertentu pada umumnya kurang dapat dilaksanakan
secara mantap.Masing-masing perintah atau larangan itu dapat diterapkan atas
dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu.Disamping itu,
guru yang melaksanakan perintah dan larangan itu hanya bersikap reaktif
terhadap masalah-masalah pengelolaan kelas yang timbul.Jangkauan tindakan yang
reaktif inipun amat sempit, yaitu hanya terbatas pada masalah-masalah yang
muncul sesewaktu saja. Padahal dari guru diharapkan tindakan-tindakan yang
menjangkau kemungkinan timbulnya masalah-masalah yang dapat muncul di masa
depan, sehingga timbulnya masalah-masalah itu dapat dicegah, atau kalau toh
masalah-masalah itu timbul juga intensitasnya tidak begitu besar dan dapat
ditanggulangi secara tepat.
Kesulitan
lain yang dapat ditimbulkan dengan diterapkannya pendekatan “perintah dan
larangan” yang mirip-mirip resep itu ialah, jika “resep” itu ternyata gagal,
maka guru dapat kehilangan akal dalam menangani masalah yang dihadapinya. Guru
tidak mampu menganalisis masalah itu dan tidak mampu menemukan
alternatif-alternatif tindakan yang mungkin justru lebih ampuh daripada
perintah dan larangan sebagaimana tercantum didalam “resep” itu.
Pendekatan
“perintah dan larangan” itu bersifat absolut dan tidak membuka peluang bagi
diambilnya tindakan-tindakan yang lebih luwes dan kreatif. Pendekatan “resep”
ini hanya mengatakan: “Jika terjadi masalah itu, lakukanlah itu atau itu atau
itu”. Guru-guru yang hanya mengandalkan penerapan pendekatan seperti itu
dianggap kurang memanfaatkan potensinya sendiri dan kurang mampu
menyelenggarakan pengelolaan kelas secara efektif.
Ada pendekatan lain yang tidak tepat untuk dipakai, yaitu
meliputi tiga hal:
- penghukuman atau pengancaman,
- pengalihan dan pemasabodohan, dan
- penguasaan atau penekanan.
Berikut ini adalah beberapa tindakan yang tidak tepat untuk
menangani masalah-masalah yang timbul didalam kelas:
- Tindakan penghukuman atau pengancaman:
- Menghukum dengan kekerasan, larangan
atau pengusiran
- Menerapkan ancaman atau memaksakan
berlakunya larangan-larangan
- Menghardik, mengasari dengan kata,
mencemooh atau menertawakan
- Menghukum seorang diantara siswa
sebagai contoh bagi siswa-siswa lainnya
- Memaksa siswa untuk meminta maaf
atau memaksakan tuntutan-tuntutan lainnya.
- Tindakan pengalihan atau pemasabodohan:
- Meremehkan sesuatu kejadian atau
tidak melakukan apa-apa sama sekali.
- Menukar susunan kelompok dengan
mengganti atau mengeluarkan anggota tertentu.
- Mengalihkan tanggungjawab kelompok
kepada tanggungjawab seseorang anggota.
- Menukar kegiatan (yang seharusnya
dilakukan oleh siswa) untuk menghindari tingkah laku tertentu dari siswa.
- Mengalihkan tingkah laku siswa
dengan cara-cara lain.
- Tindakan penguasaan atau penekanan:
- Memerintah, memarahi, mengomel
- Memakai pengaruh orang-orang yang
berkuasa (misalnya orang tua, pimpinan sekolah)
- Menyatakan ketidaksetujuan dengan
mempergunakan kata-kata, tindakan atau pandangan.
- Melakukan tindakan kekerasan sebagai
pelaksanaan dari ancaman-ancaman yang pernah dijanjikan.
- Mempergunakan hadiah sebagai
perbandingan terhadap hukuman bagi para pelanggar.
- Mendelegasikan wewenang kepada siswa
untuk memaksakan penguasaan kelas.
Dalam
menghadapi masalah-masalah pengelolaan kelas, pemakaian pendekatan proses
kelompok didasarkan atas pertimbangan bahwa tingkah laku yang menyimpang pada dasarnya
bukanlah peristiwa yang menimpa seorang individu yang kebetulan menjadi anggota
kelompok kelas tertentu, namun adalah peristiwa sosial yang menyangkut
kehidupan kelompok dimana individu itu menjadi anggotanya.
Tujuan
utama bagi guru yang menangani tingkah laku yang menyimpang itu ialah membantu
kelompok itu bertanggungjawab atas perbuatan anggota-anggotanya dan pengelolaan
kegiatan kelompok itu sendiri.Kelompok yang berfungsi secara efektif dapat
melakukan kontrol yang mantap terhadap anggota-anggotanya.
Seperti
yang telah dikemukakan, pendekatan pengubahan tingkah laku didasarkan atas
prinsip-prinsip psikologi behavioral.Prinsip pokoknya ialah bahwa semua tingkah
laku itu dipelajari, baik tingkah laku yang disukai maupun tidak disukai. Para
penganut pendekatan ini percaya bahwa seorang siswa yang bertingkah laku
menyimpang melakukan perbuatannya itu karena satu atau dua alasan:
- siswa telah mempelajari tingkah laku yang menyimpang itu, atau
- siswa itu belum mempelajari tingkah laku yang sebaiknya.
Pendekatan
pengubahan tingkah laku dibangun atas dua anggapan dasar:
- ada empat proses yang perlu diperhitungkan dalam belajar bagi semua orang pada segala tingkatan umur dan dalam segala keadaan dan
- proses belajar itu sebagian atau seluruhnya dipengaruhi (dikontrol) oleh kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan. Dengan demikian, tugas pokok guru adalah menguasai dan menerapkan keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris) merupakan pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan positif, penghukuman, penghilangan dan penguatan negatif.
Para
penganut pemberian penguatan menekankan bahwa apabila seorang siswa menampilkan
tingkah laku tertentu, maka tingkah lakunya itu diikuti oleh akibat
(konsekwensi) tertentu. Ada empat kategori dasar dari akibat:
- apabila ganjaran diberikan,
- apabila hukuman diberikan,
- apabila ganjaran dihentikan, dan
- apabila hukuman dihentikan.
Pemberian
ganjaran disebut penguatan positif dan pemberian hukuman disebut saja
penghukuman.Penghentian pemberian ganjaran disebut penghilangan (extinention)
atau penundaan (time out), tergantung pada keadaannya.Penghentian hukuman
disebut penguatan negatif.Frekuensi munculnya tingkah laku tertentu sejalan
dengan jenis mana yang mengikuti tingkah laku itu.Penguatan positif, yaitu
pemberian ganjaran setelah ditampilkannya tingkah laku yang dimaksud,
mengakibatkan ditingkatkannya frekuensi pemunculan tingkah laku yang
dimaksud.Tingkah laku yang memperoleh ganjaran itu diperbuat dan diulangi lagi
di waktu mendatang.
Contoh:
Bambang
menulis laporan dengan rapi dan menyerahkannya kepada guru (tingkah laku
siswa). Guru memuji pekerjaan Bambang itu dan memberikan komentar bahwa laporan
Bambang yang ditulis dengan rapi lebih mudah dibaca dibandingkan dengan yang
ditulis secara tidak rapi (penguatan positif). Untuk laporan-laporan
berikutnya, Bambang terus memperhatikan kerapian laporan itu (frekuensi tingkah
laku yang dikuatkan itu meningkat).
Penghukuman
menampilkan perangsang yang tidak diinginkan atau tidak disukai (yaitu hukuman)
setelah dilakukannya suatu perbuatan tertentu yang menyebabkan frekuensi
pemunculan tingkah laku itu menurun.
Penguatan negatif adalah peniadaan perangsang yang
mengenakkan atau tidak disukai (yaitu hukuman) setelah ditampilkannya suatu
tingkah laku yang mengakibatkan menurunnya frekuensitingkah laku yang dimaksud.
Peniadaan hukuman itu memperkuat tingkah laku yang ditampilkan dan meningkatkan kecenderungan diulanginya tingkah laku tersebut.
Peniadaan hukuman itu memperkuat tingkah laku yang ditampilkan dan meningkatkan kecenderungan diulanginya tingkah laku tersebut.
Contoh:
Para siswa di kelas Ibu Eti (guru Bahasa Inggris) yakin
bahwa guru mereka itu akan menyelenggarakan permainan kata-kata (word game)
jika para siswa mengerjakan tugas dan baik. Permainan seperti itu amat digemari
oleh para siswa.Ternyata siswa-siswa memang mengerjakan tugas dengan baik,
kecuali Jayeng.Ibu Eti mengatakan bahwa Jayeng tidak diperkenankan ikut serta
dalam permainan itu dan duduk sendiri terpisah dari kelompok-kelompoknya
(mengecualikan pemberian ganjaran untuk siswa tertentu).Selanjutnya, Jayeng
mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik (frekuensi tingkah laku laku
menurun).
Contoh diatas mengisyaratkan bahwa guru harus amat
hati-hati dalam memilih dan menerapkan penguat-penguat yang tepat untuk
siswa-siswa tertentu.Hal ini tampaknya sukar, namun sebenarnya tidaklah
demikian.Jenis-jenis penguat tertentu sebenarnya tidak terlepas dari kebutuhan
siswa tertentu, bahkan siswa itu dapat (secara tidak langsung) menunjukkan
penguat-penguat yang dibutuhkannya. Ada tiga cara untuk mengenali jenis-jenis penguat yang
bersangkutan dengan siswa tertentu:
1. melihat petunjuk-petunjuk (gelagat)
khusus berkaitan dengan jenis penguat tertentu dengan jalan mengamati hal-hal
apa yang ingin dilakukan oleh siswa;
2. melihat petunjuk-petunjuk tambahan
dengan mengamati apa yang terjadi setelah siswa menampilkan tingkah laku tertentu;
dalam hal ini guru mencoba menerapkan tindakan atau tingkah laku apa yang
dilakukan guru dan teman-teman siswa itu yang tampaknya menguatkan tingkah laku
siswa yang bersangkutan; dan
3. memperoleh petunjuk-petunjuk
tambahan dengan jalan langsung menanyakan kepada siswa yang bersangkutan
tentang apa yang ingin dilakukannya jika dia memiliki waktu terluang, apa yang
ingin dimilikinya, dan untuk apa atau untuk siapa biasanya siswa itu melakukan
sesuatu yang berarti. Setelah secara singkat membahas penggunaan ganjaran,
marilah kita singgung sedikit lagi tentang hal yang sebenarnya masih merupakan
suatu dilema atau masih diperdebatkan, yaitu penggunaan hukuman untuk
mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak disukai. Dalam kaitan ini
ada tiga pokok pandangan, yaitu:
- penggunaan hukuman secara tepat adalah amat efektif untuk mengurangi atau menghilangkan tingkah laku siswa yang menyimpang;
- penggunaan hukuman secara bijaksana terhadap hal-hal tertentu secara terbatas dapat menimbulkan akibat yang baik secara cepat (segera), tetapi guru harus dengan hati-hati mencatat akibat-akibat sampingan dari hukuman itu, dan
- penggunaan hukuman itu hendaklah sama sekali dihindarkan karena penanggulangan terhadap tingkah laku siswa yang menyimpang dapat dilakukan dengan cara-cara lain yang tidak perlu menimbulkan akibat sampingan sebagaimana dapat ditimbulkan oleh hukuman.
Keuntungan dan kerugian penggunaan hukuman
Keuntungan penggunaan hukuman ialah:
1.
Hukuman dapat
menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang menyimpang, dan dapat
mencegah berulangnya kembali tingkah laku itu dalam waktu yang cukup lama.
2.
Hukuman
berfungsi sebagai pemberi petunjuk kepada siswa dengan kenyataan bahwa siswa
dibantu untuk segera mengetahui tingkah laku mana yang dapat diterima.
3.
Hukuman
berfungsi sebagai pengajaran bagi siswa-siswa lain dengan kenyataan bahwa
hukuman itu mungkin mengurangi kemungkinan siswa-siswa lain meniru tingkah yang
mendapat hukuman itu.
Kerugian penggunaan hukuman ialah:
1. Hukuman dapat ditafsirkan secara
salah. Kadang-kadang penghukuman terhadap tingkah laku tertentu
digeneralisasikan untuk tingkah laku-tingkah laku lainnya. Misalnya, seorang
siswa yang dihukum karena berbicara tanpa mengindahkan giliran mungkin tetap
akan tidak berbicara meskipun kesempatan berbicara baginya terbuka luas.
2.
Hukuman dapat menyebabkan siswa yang
bersangkutan menarik diri sama sekali.
3.
Hukuman dapat menyebabkan siswa
agresif.
4. Hukuman dapat menimbulkan reaktif
negatif dan kawan-kawan siswa yang bersangkutan. Misalnya, siswa-siswa dapat
menampilkan tingkah laku yang tidak diinginkan (seperti menertawakan, simpati)
terhadap siswa yang menerima hukuman.
5. Hukuman dapat menimbulkan sikap
negatif pada diri sendiri atau terhadap suasana diluar dirinya. Misalnya,
hukuman dapat merusak perasaan bahwa diri sendiri cukup berharga atau dapat
menumbuhkan sikap negatif terhadap sekolah. Dalam mempertimbangkan keuntungan
dan kerugian penggunaan hukuman, pilihan-pilihan yang akan diterapkan harus
benar-benar dipertimbangkan secara hati-hati. Jika cara hukuman tertentu memang
sudah dipilih, maka penerapannya harus dicatat secara diteliti.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sesuai dengan
pembahasan yang sudah dikemukakan pada makalah ini, maka tehnik dalam
pengelolaam kelas sebagai berikut:
1. Masalah pengajaran harus ditangani
dengan pemecahan yang bersifat pengajaran dan masalah pengelolaan harus
ditangani dengan pemecahan yang bersifat pengelolaan.
2. Memberikan
ganjaran terhadap tingkah laku siswa yang baik dan menahan pemberian ganjaran
tingkah laku yang tidak baik adalah amat efektif untuk membina tingkah laku
siswa yang lebih baik didalam kelasnya.
3. Menghukum tingkah
laku siswa yang tidak baik dapat meniadakan tingkah laku itu tetapi mungkin
menimbulkan akibat sampingan yang bersifat negatif.
4. Memberikan ganjaran terhadap tingkah
laku yang baik tampaknya merupakan kunci bagi pengelolaan kelas yang efektif.
3.2 Saran
Kami menyadari tak ada kesempurnaan dalam diri seseorang, harapan, masukan
dan saran dari para sahabat-sahabati sangat kami butuhkan. Sehingga kami dapat
menjadikan makalah ini lebih baik dari sebalumya.
DAFTAR
PUSTAKA
H.C. Witherington dan W.H. Burton, Tehnik- tehnik Belajar dan Mengajar,
Jemmars, Bandung, Edisi111, 1986
Conny Semiawan,dkk, pendekatan keterampilan proses Bagaimana
Mengaktifkan siswa dalam belajar, Gramedia, Jakarta,1985.
Made Pidarta, Pengelola kelas, Usaha Nasional, Surabaya, t.th.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar