Mengolah Nilai
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu:
Drs. Sukadir, M.Pdi

Disusun Oleh:
Fikri
Masfufatul Adawiyah
Nurul Chafidhoh
Roichatul Jannah
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PANCAWAHANA BANGIL
2013-2014
KATA
PENGANTAR
Puja dan
puji syukur akan selalu tetap tercurahkan limpahan kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan limpahan kenikmatan yang tidak akan pernah terhitung banyaknya,
serta limpahan rahmatnya, taufik dan hidayahnya yang mana telah memberikan kelancaran,
sehingga kami dapat merampungkan makalah dengan judul “Mengolah Nilai” sebagai
tugas mata kuliah Study Evaluasi Pembelajaran.
Shalawat
serta salam akan tetap tercurahkan limpahan kepada junjungan Nabi besar kita
Muhammad SAW, yang telah membawa syariat islam kepada kita semua dari alam
kegelapan menuju alam terang benderang seperti saat ini.sehingga tak lagi
terjerumus kelembah kelemahan dunia dan beliau memberikan secercah cahaya untuk
menerang serta mengusir kegelapan di dunia ini.
Serta ucapan
terima kasih kami untuk dosen pembimbing mata kuliah ini, yang terhormat bapak
Drs. Sukadir, M.Pdi yang senantiasa memberikan semangat serta bimbingan kepada
kami sangat membantu proses pelaksanaan pembuatan tugas ini sampai akhirnya
selesai.
Semoga apa yang
kami tulis dalam makalah ini akan sangat bisa memberikan manfa’at kepada kami
serta kepada para pembaca Dan kami pun sangat menyadari, bahwa apa yang kami
tulis dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekuranganya. Oleh karena itu kami berharap dengan sangat, kritik dan saran pembaca untuk
menyempurnakan tulisan ini.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................. 1
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................. 2
2.1 Teknik
Mengolah Nilai........................................................................ 2
2.2 Beberapa
Skala Penilaian..................................................................... 3
2.2
Distribusi Nilai..................................................................................... 5
2.2 Standar
Nilai........................................................................................ 5
BAB III PENUTUP
.......................................................................................... 8
Kesimpulan ............................................................................................... 8
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................ 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dari pelaksanaan penilaian (melalui
pengukuran atau tidak) dapat dikumpulkan sejumlah data atau informasi yang
dibutuhkan dalam evaluasi hasil belajar. Data yang terkumpul dari penilaian
dengan teknik tes akan berupa data kuantitatif, sedangkan teknik non tes akan
menjaring data kualitatif maupun kuantitatif sekaligus. Data yang terkumpul
baik melalui teknik tes maupun teknik non tes merupakan data mentah yang
memerlukan pengolahan lebih lanjut. Kegiatan mengolah data yang berhasil
dikumpulkan melalui kegiatan penilaian inilah yang disebut kegiatan pengolahan
hasil penilaian. Oleh karena itu, kami
menjadikannya sebagai obyek pembahasan dalam makalah kami.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Sebutkan
teknik dalam mengelolah nilai?
2.
Sebutkan
macam-macam skala penilaian?
3.
Sebutkan
macam-macam standar distribusi nilai?
4.
Sebutkan
macam-macam standar nilai?
1.3
Tujuan penulisan
1.
Supaya
mengetahui teknik dalam mengelolah skor.
2.
Supaya
mengetahui macam-macam skala penilaian.
3.
Supaya mengetahui
standar distribusi nilai.
4.
Supaya
mengetahui macam-macam standar nilai.
BAB II
PEMBAHASAN
Prosedur pelaksanaan pengolahan
hasil penilaian adalah sebagai berikut :
1.
Menskor, yakni
memberikan skor pada hasil penilaian yang dapat dicapai oleh responden (peserta
didik). Untuk menskor atau memberikan angka diperlukan 3 (tiga) macam alat
bantu, yakni kunci jawaban, kunci skoring dan pedoman pengangkaan. Tiga macam
alat bantu penskoran atau pengangkaan berbeda-beda cara penggunaannya untuk
setiap butir soal yang ada dalam alat penilai.
2.
Mengubah
skor mentah menjadi skor standar, yakni kegiatan evaluator
menghitung untuk mengubah skor yang diperoleh peserta didik yang mengerjakan
alat penilaian disesuaikan dengan norma yang dipakai.
3.
Mengkonversikan
skor standar ke dalam nilai, yakni kegiatan akhir dari
pengolahan hasil penilaian yang berupa pengubah skor ke nilai, baik berupa
huruf atau angka. Hasil pengolahan hasil penilaian ini akan digunakan dalam
kegiatan penafsiran hasil penilaian. Untuk memudahkan penafsiran hasil
penilaian, maka hasil akhir pengolahan hasil penilaian dapat diadministrasikan
dengan baik. Dalam bukunya Zainal Arifin ditambah satu prosedur lagi yaitu
melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas
dan reabilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index), dan daya
pembeda.
Jika data sudah diolah dengan
aturan-aturan tertentu, langkah selanjutnya adalah menafsirkan data sehingga
dapat memberikan makna. Langkah penafsiran data sebenarnya tidak dapat
dilepaskan dari pengolahan data itu sendiri, karena setelah mengolah data
dengan sendirinya akan menafsirkan hasil pengolahan itu. Interpretasi terhadap
suatu hasil evaluasi didasarkan atas kriteria tertentu yang disebut norma.
Norma bisa ditetapkan terlebih dahulu secara rasional dan sistematis sebelum
kegiatan evaluasi dilaksanakan, tetapi dapat pula dibuat berdasarkan
hasil-hasil yang diperoleh dalam melaksanakan evaluasi. Sebaliknya, jika
penafsiran data itu tidak berdasarkan kriteria atau norma tertentu, maka itu
termasuk kesalahan besar. Dalam kegiatan penilaian hasil belajar, guru dapat
menggunakan kriteria yang bersumber pada tujuan setiap mata pelajaran (standar
kompetensi, kompetensi dasar). Kompetensi itu tentu masih bersifat umum, karena
itu harus dijabarkan menjadi indikator yang dapat diukur dan diamati.
Untuk menafsirkan data, dapat
digunakan dua jenis penafsiran data, yaitu penafsiran kelompok dan penafsiran
individual. Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk
mengetahui karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, seperti
prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap guru dan materi
pelajaran yang diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuan utamanya adalah
sebagai persiapan untuk melakukan penafsiran kelompok, untuk mengetahui
sifat-sifat tertentu pada suatu kelompok, dan untuk mengadakan perbandingan
antar kelompok. Penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya tertuju pada
individu saja. Misalnya, dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan atau dalam
situasi klinis lainnya. Tujuan utamnya adalah untuk melihat tingkat kesiapan
peserta didik (readiness), pertumbuhan fisik, kemajuan belajar, dan
kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Sebelum melakukan tes, guru harus
menyusun pedoman pemberian skor, bahkan sebaiknya guru sudah berpikir tentang
strategi pemeberian skor sejak merumuskan kalimat pada setiap butir soal.
Pedoman penskoran sangat penting disiapkan terutama bentuk soal esai. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalisai subjektivitas penilai. Begitu juga ketika
melakukan tes domain afektif dan psikomotor peserta didik, karena harus
ditentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan dari peserta didik dalam
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Rumus penskoran yang digunakan
bergantung pada bentuk soalnya, sedangkan bobot (weight) bergantung pada
tingkat kesukaran soal (difficulty index), misalnya sukar, sedang, dan
mudah.
2.2 Beberapa Skala Penilaian
a. Skala bebas
Ani, seorang pelajar di suatu SMU,
pada suatu hari berlari – lari kegirangan setelah menerima kembali kertas
ulangan dari Guru Matematika. Pada sudut kertas itu tertulis angka 10, yaitu
angkayang diperoleh Ani dengan ulangan itu. Setekah tiba diluar kelas, Ani
berdiskusi dengan kawan – kawannya. Ternyata cara mengerjakan dan pendapatnya
tidak sama dengan yang lain. Tetapi mereka juga tidak yakin mana yang betul.
Oleh karena itu, ketika kertas ulangan dikembalikan dan ia mendapat 10, ia
kegirangan. Baru sampai bertemu dengan 4 kawannya, wajahnya sudah menjadi malu
tersipu – sipu. Rupanya ia menyadari kebodohan-nya karena setelah melihat
angka yang diperoleh keempat orang kawannya, ternyata kepunyaan Anilah yang
paling sedikit. Ada kawannya yang mendapat 15, 20 bahkan ada yang 25. Dan kata Guru, pekerjaan Tika yang mendapat angka 25 itulah yang betul.
Dari gambaran ini tampak bahwa dalam pikiran Ani, terpancang satu pengertian
bahwa angka 10 adalah angka tertinggi yang mungkin dicapai, ini memang lazim.
Cara pemberian angka seperti ini tidak salah. Hanya sayangnya, guru tersebut
barangkali perlu menerangkan kepada para siswanya, cara mana yang digunakan
untuk memberikan angka atau skor. Ia baru pindah dari sekolah lain. Ia sudah
terbiasa menggunakan skala bebas, yaitu skala yang tidak tetap. Adakalanya skor
tertinggi 20, lain kali lagi 50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk
soal. Jadi angka tertinggi dan skala yang digunakan tidak selalu sama.
b.
Skala 1 – 10
Apa sebab Ani dan kawan – kawannya
berpikiran bahwa angka 10 adalah angka tertinggi untuk nilai ? Hal ini
disebabkan karena pada umumnya guru – guru di Indonesia mempunyai kebiasaan
menggunakan skala 1-10 untuk laporan prestasi belajar siswa dalam rapor. Adakalanya juga digunakan skala 1-100, sehingga memungkinkan
bagi guru untuk memberikan penilaian yang lebih halus. Dalam skala 1-10 guru
jarang memberikan angka pecahan, misalnya 5,5. Angka 5,5 akan dibulatkan
menjadi 6. Dengan demikian maka rentangan angka 5,5 sampai dengan 6,4 (selisih
hampir1) akan keluar di rapor dalam satu wajah, yaitu angka 6.
c.
Skala 1 –
100
Memang diseyogiakan bahwa angka itu
merupakan bilangan bulat. Dengan menggunakan skala 1- 10 maka bilangan bulat
yang ada masih menunjukan penilaian yang agak kasar. Ada sebenarnya hasil
prestasi yang berada di antara kedua angka bulat itu. Untuk itulah maka dengan
menggunakan skala 1 – 100, memungkinkan melakukan penilaian yang lebih halus
karena terdapat 100 bilangan bulat. Nilai 5,5 dan 6,4 dalan skala 1 – 10 yang
biasanya dibulatkan mejadi 6, dalam skala 1 – 100 ini boleh dituliskan dengan
55 dan 64.
d.
Skala huruf
Di samping penilaian yang dinyatakan
dengan angka, kita mengenal pula penilaian yang dinyatakan dengan huruf.
Seperti penilaian yang dilakukan oleh guru taman kanak- kanak dan atau
guru-guru di sekolah dasar kelas I dan kelas II, mereka menggunakan nilai huruf
A, B, C dan D.
Selain itu ada juga yang menggunakan
nilai huruf sampai dengan E dan G (tetapi pada umumnya 5 huruf yaitu A, B, C,
D, dan E). Sebenarnya sebutan “skala” diatas ini ada yang mempersoalkan. Jarak
antara hruuf A dan B tidak dapat digambarkan sama dengan jarak antara B dan C,
atau anatar C dan D. Dalam menggunakan angka dapat
dibuktikan dengan garis bilangan bahwa jarak antara 1 dan 2 sama denga jarak
antara 2 dan 3. Demikian pula jaran antara 3 dan 4, serta antara 4 dan 5. Akan
tetapi justru alasan inilah lalu timbul pikiran untuk menggunakan huruf sebagai
alat penilain. Untuk menggambarkan kelemahan dalam menggunakan angka adalah
bahwa dengan angka dapat ditafsirkan sebagai nilai perbandingan. Siswa A yang memperoleh
dua kali lipat kecakapan siswa B yang memperoleh angka 4 dalam rapor. Demikian
pula siswa A tersebut tidaklah mempunya 8/9 kali kecakapan C yang mendapat
nilai 9. Jadi sebenarnya menggunakan angka hanya merupakan symbol yang
menunjukan urutan tingkatan. Siswa A yang memperoleh angka 8 memiliki prestasi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa B yang memperoleh angka 4, tetapi
kecakapannya itu lebih rendah jika dibandingkan dengan kecakapan C. jadi, dalam
tingkatan prestasi sejarah urutannya adalah C, A, lalu B. Huruf terdapat dalam
urutan abjad. Penggunaan huruf dalam penilaian akan terasa lebih tepat
digunakan karena tidak ditafsirkan sebagai arti perbandingan. Huruf tidak
menunjukan kuantitas, tetapi dapat digunakan sebagai simbol untuk menggambarkan
kualitas.
2.3
Distribusi
Nilai
Distribusi nilai yang dimiliki oleh
siswa-siswanya dalam suatu kelas didasarkan pada dua macam standar, yaitu:
a.
Distribusi
Nilai Berdasarkan Standar Mutlak
Dengan dasar bahwa hasil belajar
siswa dibandingkan dengan sebuah standar mutlak atau dalam hal ini skor
tertinggi yang diharapkan, maka tingkat penguasaan siswa akan terlihat dalam
berbagai bentuk kurva. Apabila soal-soal yang dibuat guru terlalu mudah,
sebagian besar siswa akan dapat berhasil mengerjakan soal-soal itu dan tingkat
pencapaiannya tinggi. Sebaliknya apabila soal-soal tes termasuk yang sukar maka
pencapaian siswa juga sebaliknya pula. Namun demikian dengan standar mutlak ini
mungkin pula diperoleh gambar kurva nomal jika soal-soal tes disusun oleh guru
dengan tepat seperti gambaran kecakapan siswa-siswanya.
b.
Distribusi
nilai berdasarkan standar relative
Telah diterangkan di depan bahwa dalam menggunakan standar relative atau norm-referenced, kedudukan seorang selalu dibandingkan dengan kawan-kawannya dalam kelompok. Dalam hal ini tanpa menghiraukan apakah distribusi
skor terletak dalam kurva juling positif atau juling negative tetapi dalam norm-referenced selalu tergambar dalam kurva normal.
2.4 Standar Nilai
a.
Standard
Nines/Stanines
Dari distribusi nilai, kita dapat
membicarakan masalah standar nilai. Pendapat Gronlund
dalam distribusi nilai ini demikian. Skor – skor siswa direntangkan menjadi 9
nilai (disebut juga Standar Nines atau Stanines) seperti berikut
ini.
STANINES
|
INTERPRETASI
|
|
9
|
4%
|
Tinggi (4%)
|
8
|
7%
|
Diatas rata-rata (19%)
|
7
|
12%
|
|
6
|
17%
|
Rata-rata (54%)
|
5
|
20%
|
|
4
|
17%
|
|
3
|
12%
|
Dibawah rata-rata (19%)
|
2
|
7%
|
|
1
|
4%
|
Rendah (4%)
|
Dengan adanya persentase yang ditentukan inilah maka
semua situasi skor siswa dapat direntangkan menjadi nilai 1-9 diatas.
b.
Standard Enam.
Selain dengan stanadar Sembilan (stanines),
ada pula yang menggunakan standar enam. Dalam hal ini, hanya berkisar antara
4-9, berikut persentasi penyebaran nilainya:
STANDAR ENAM
|
Interpretasi
|
|
9
8
7
6
5
4
|
5%
10%
20%
40%
20%
5%
|
Baik sekali
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Kurang
Kurang sekali
|
Penyebaran nilai denga standar enam yang
dimaksud, adalah berikut:
10% siswa yang mendapat nilai tertinggi diberi nilai 9
20% dibawahnya diberi 8
40% dibawahnya diberi 7
20% dibawahnya diberi 6
5% dibawahnya diberi 5
5% dibawahnya diberi 4
Dalam hal yang sangat khusus dimana siswa yang
dianggap sangat cerdas ataupun sangat kurang, dapat diberikan nilai 10 atau 3.
c.
Standar
Eleven (Stanel)
Standar ini dikembangkan oleh
Fakultas Ilmu Pendidikan UGM yang sesuai dengan system penilaian di Indonesia.
Dengan stanel ini, system penilaian membagi skala menjadi 11 golongan yaitu
angka-angka dari 0-10, yang satu sama lain berjarak sama. Tiap-tiap angka
menempati interval sebesar 0,55 SD, bertitik tolak dari Mean = 5 yang menempati
jarak antara -3,025 SD sampai +3,025 SD.
Bilangan-bilangan persentil untuk
menentukan titik dalam Stanel ini adalah: P1, P3, P8,
P21, P39, P61, P79, P92,
P97 & P99. Dasar pemikiran Stanel ini dalah bahwa
jarak praktis dalam kurva normal adalah 6 SD yang terbagi atas 11 skala.
11 skala
= 6 SD
Skala
=
SD
= 0,55 SD
STANEL 0 1
2 3 4
5 6
7 8
9 10
Mean
d.
Standar Sepuluh
Untuk mengubah skor menjadi nilai,
diperlukan dahulu:
1)
Mean
(rata-rata skor)
2)
Deviasi
Standar (simpangan Baku)
3)
Tabel
konversi angka kedalam nilai berskala 1-10
Tahap-tahap yang dilalui dalam mengubah skor mentah
menjadi nilai berskala 1-10 adalah sebagai berikut:
1)
Menyusun
distribusi frekuensi dari angka-angka atau skor-skor mentah.
2)
Menghitung
rata-rata skor (mean).
3)
Menghitung
Deviasi Standar.
4)
Mentransformasi
(mengubah) angka-angka mentah kedalam nilai skala 1-10.
e.
Standar Lima
Kembali kepada Grondlund selain ia
mengemukakan penyebaran nilai dengan angka, juga mengemukakan penyebaran nilai
dengan huruf yang digambarkan dengan kurva normal.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Prosedur pelaksanaan pengolahan
hasil penilaian adalah sebagai berikut :
1. Menskor
2. Mengubah skor mentah menjadi skor standar
3. Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai
Beberapa
Skala Penilaian:
a.
Skala bebas
b.
Skala 1 – 10
c.
Skala 1 –
100
d.
Skala huruf
Distribusi nilai yang dimiliki oleh
siswa-siswanya dalam suatu kelas didasarkan pada dua macam standar, yaitu:
a.
Distribusi
nilai berdasarkan standar mutlak.
b.
Distribusi
nilai berdasarkan standar relative.
Beberapa standar nilai:
a.
Standard
Nines/Stanines
b.
Standard
Enam.
c.
Standar
Eleven (Stanel)
d.
Standar
Sepuluh
e.
Standar Lima
DAFTAR PUSTAKA
✎ Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan edisi revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
✎ Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
✎ Sudijono, Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta
: Rajawali Pers.
✎ Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-Prinsip
dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar